Selasa, 25 November 2025

Pengalamanku yang Mengasikan Mengajar di Kelas X

 


Sebagai calon guru, mengajar merupakan suatu hal penting yang perlu dikuasai guru saat kegiatan berlangsung. Mengajar bukan sekadar proses mentransfer ilmu saja melainkan juga menuntut guru untuk menguasai berbagai teknik pembelajaran. Hal ini diperlukan agar guru mampu menyesuaikan strategi mengajar sesuai dengan beragam tipe belajar dan potensi siswa yang berbeda (Asrivi, dkk. 2024).

Salah satu pengalaman yang sangat berkesan bagi saya adalah saat mengajar kelas X di SMAS Muhammadiyah 2 Singaraja sebagai mahasiswa asistensi mengajar. Setiap pertemuan memberikan saya kesempatan untuk belajar hal-hal baru, baik mengenai dunia pendidikan maupun tentang cara berinteraksi dengan peserta didik secara efektif. Pengalaman tersebut semakin menguatkan motivasi saya untuk mengajar dan mendorong saya untuk memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

Pada awal pertemuan, memang saya merasa gugup saat harus berdiri di depan kelas untuk pertama kalinya. Meskipun sudah menyiapkan materi dengan baik, tetapi tetap saja ada rasa canggung ketika berhadapan langsung dengan siswa-siswa yang memiliki karakter dan latar belakang berbeda. Namun, setelah beberapa minggu saya mulai menyesuaikan diri dan berusaha membangun komunikasi yang positif. Saya menyadari bahwa kunci utama dalam mengajar bukan hanya penguasaan materi tetapi juga kemampuan menjalin kedekatan dengan siswa agar mereka merasa nyaman dalam proses pembelajaran.

Materi yang saya ajarkan pada saat itu adalah penelitian sosial dalam mata pelajaran Sosiologi. Saya menggunakan berbagai metode dalam pembelajaran seperti diskusi kelas, pemberian contoh-contoh kasus yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, kuis, serta lembar kerja individu maupun kelompok. Aktivitas ini ternyata membuat suasana belajar menjadi lebih hidup dan menyenangkan. Melalui proses pembelajaran tersebut, saya belajar bahwa siswa akan lebih mudah memahami materi jika guru mampu mengaitkan pelajaran dengan konteks kehidupan mereka. Ketika membahas penelitian sosial, saya mencoba memberikan contoh yang dekat dengan lingkungan sekitar siswa, seperti penelitian tentang perilaku remaja di media sosial atau interaksi sosial di sekolah. Hal ini membuat siswa menjadi lebih antusias dan aktif dalam berdiskusi karena mereka merasa topik yang dibahas relevan dengan pengalaman mereka sendiri.

Untuk pembelajaran lebih lanjut, saya bersama rekan asistensi mengajar dari Program Studi Pendidikan Sosiologi juga membentuk kelompok belajar yang dibimbing secara intensif dalam penyusunan proyek makalah penelitian. Dalam proses bimbingan tersebut, kami berperan aktif membantu siswa mulai dari menentukan topik penelitian, merumuskan masalah, hingga mengumpulkan data dan menyusun makalah. Setiap siswa menunjukkan antusiasme yang tinggi, terutama ketika mereka meneliti hal-hal yang dekat dengan kehidupan mereka sendiri. Saya senang melihat bagaimana rasa ingin tahu siswa berkembang ketika mereka menemukan fakta-fakta baru dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan.

Selain itu, saya juga belajar tentang pentingnya manajemen kelas. Manajemen ini berperan dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan. Saya mulai memahami bahwa setiap siswa memiliki cara berbeda dalam merespons pembelajaran. Ada siswa yang aktif bertanya, dan ada pula yang lebih memilih mendengarkan namun tetap mampu memahami materi dengan baik.

Ketika menghadapi beberapa siswa yang kurang fokus, saya mencoba menerapkan pendekatan yang lebih humanis, seperti menegur dengan halus, memberikan motivasi, dan mengajak mereka terlibat dalam aktivitas kelompok. Pendekatan tersebut terbukti lebih efektif dibandingkan memberikan teguran keras. Dari pengalaman itu, saya menyadari bahwa sebagai seorang guru, kemampuan memahami kondisi emosional dan kebutuhan siswa merupakan bagian penting dalam keberhasilan proses pembelajaran.

Dengan demikian, pengalaman mengajar di kelas X SMAS Muhammadiyah 2 Singaraja telah memberikan saya bekal yang sangat berharga dalam perjalanan menjadi calon guru profesional. Saya belajar bahwa proses belajar-mengajar adalah aktivitas yang dinamis, di mana guru dan siswa saling berinteraksi dan berkembang bersama. Pengalaman ini tidak hanya memperkuat kemampuan pedagogik saya sebagai Asistenssi Mengajar, tetapi juga menumbuhkan rasa percaya diri serta semangat untuk terus belajar dan berinovasi dalam dunia pendidikan.

Penulis: Kadek Widiantini

Mahasiswa Asistensi Mengajar Universitas Pendidikan Ganesha

Refrensi:

Asrivi, Q. E. S., Ulum, M. M., Umami, A. R., & Riani, H. S. (2024). Urgensi Microteaching Terhadap Keterampilan Menjelaskan dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Calon Guru MI/SD. Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah8(3), 947-960.

 


Ahmad Ferdian

Author & Editor

0 comments:

Posting Komentar