Selama menjalani asistensi mengajar di SMA Muhammadiyah 2 Singaraja, hari-hari saya terasa seperti halaman buku yang pelan-pelan terisi cerita baru. Setiap pagi, saya melangkah masuk lewat gerbang sekolah sambil membawa semangat kadang rapi, kadang berantakan, tapi selalu ada rasa penasaran tentang apa yang akan terjadi hari itu.
(Dokumentasi Pribadi : Pertama kali Ke Sekolah)
Kegiatan saya dimulai dengan mendampingi
guru kelas dalam proses belajar mengajar. Biasanya, saya membantu menyiapkan
materi, memeriksa apakah semua perangkat pembelajaran sudah siap, dan
memastikan siswa punya bahan yang dibutuhkan. Rasanya seperti jadi “asisten sutradara” di ruang kelas dan menata panggung kecil
tempat ide dan tanya-jawab berputar.
(Dokumentasi Pribadi : Melakukan pendampingan di kelas)
Saat pelajaran berlangsung, saya ikut
mengamati suasana kelas. Ada siswa yang anteng, ada yang kepalanya penuh tanda
tanya, dan ada juga yang butuh sedikit dorongan supaya fokus. Di momen seperti
itu, saya sering mendekat dan menjelaskan ulang materi dengan cara yang lebih
sederhana. Kadang saya pakai contoh sehari-hari supaya mereka lebih cepat
nangkap. Melihat wajah mereka berubah dari bingung menjadi mengerti itu rasanya
seperti melihat lampu kecil menyala satu per satu.
(Dokumentasi Pribadi : Pertama kali masuk kelas dan menjelaskan materi)
Selain membantu guru, saya juga sempat
memandu beberapa kegiatan kecil seperti diskusi kelompok, latihan soal, dan
presentasi. Bagian ini jadi favorit saya, karena siswa biasanya lebih aktif dan
suasananya lebih hidup. Saya belajar banyak tentang cara menghadapi berbagai
karakter: ada yang suka berbicara, ada yang pendiam tapi idenya tajam, dan ada
yang butuh sedikit keberanian untuk mulai angkat tangan.
(Dokumentasi Pribadi : Diskusi Kelompok)
Di luar jam pelajaran, saya sering ngobrol santai dengan beberapa siswa. Mereka bercerita tentang tugas, teman, mimpi, sampai soal hobi mereka. Dari percakapan kecil itu, saya makin sadar bahwa mengajar bukan cuma soal menyampaikan materi, tapi juga soal mendengarkan. Sekolah terasa seperti ruang penuh suara dan setiap suara punya cerita.
Pengalaman asistensi mengajar ini mengajarkan saya bagaimana cara berdiri di depan kelas tanpa kaku, bagaimana mengatur ritme kegiatan, dan bagaimana menemukan cara agar siswa tetap terlibat. Ada kalanya saya merasa grogi, ada juga saat-saat saya merasa “wah, ternyata aku bisa juga ya!”. Semuanya membentuk pengalaman yang hangat dan berkesan.
Akhirnya, asistensi ini bukan hanya tentang
membantu guru, tapi juga tentang belajar menjadi versi diri yang lebih sabar,
lebih peka, dan lebih siap menghadapi dunia pendidikan. SMA Muhammadiyah 2
Singaraja menjadi tempat saya menemukan warna baru dalam perjalanan belajar
saya sendiri tempat kecil yang membuka langkah besar di masa depan
Penulis : Dema Satria
Putra
Mahasiswa Asisensi Mengajar Universitas Pendidikan Ganesha